17 Juni 2009

Kesiapan Agribisnis dan Wisata Lombok

Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menetapkan Fungsi dan Peran Wilayahnya sebagai Kawasan Unggulan Agribisnis dan Pargiwisata. Sebuah pilihan untuk menfokuskan program kegiatan pemerintah sebagai wahana untuk mensejahterakan masyarakat.


Memang, pilihan tersebut sangat tepat ditinjau dari segi sosiogeografis dan ekonomi masyarakat. Nusa Tenggara Barat memiliki iklim dan jenis tanah yang baik untuk tumbuhnya berbagai jenis tanaman yang berpeluang industri atau agroindustri. Beberapa jenis komoditas unggulan yang diproduksi adalah jagung, padi, palawija, tembakau dan ada juga jenis komoditi lain seperti sapi, rumput laut, dan lain sebagainya.


Disamping agribisnis, pariwisata adalah cita-cita pembangunan lima tahunan daerah NTB yang tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi NTB. Sektor Pariwisata menjadi pilihan juga didorong oleh potensi pariwisata Lombok dan Sumbawa yang cukup baik. Beberapa jenis wisata tersedia di NTB, mulai dari wisata alam, wisata budaya dan wisata bahari lainnya. Beberapa obyek wisata terkenal seperti Pantai pasir putih di Senggigi, Kute (akan dikembangkan oleh PT EMAAR menjadi kawasan wisata Internasional), Pantai Huu di Dompu dan pantai lainnya yang tidak kalah indahnya. Wisata budaya berupa peninggalan budaya di Lombok, Bima, dan Sumbawa beserta karya seni kerajinan yang unik dan menarik. Kesemuanya mejadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi yang tidak ditemukan di Bali sebagai tetangga dekat yang terlebih dahulu "Mendunia". Maka, penulis sesungguhnya tidak setuju kalau ada istilah yang mengatakan LOMBOK BEYOND BALI.. Lombok adalah Lombok, SUmbawa adalah SUmbawa.. Jangan tergantung dengan Bali yang nantinya bisa mengkerdilkan potensi Bali dan NTB akan terus di belakang Bali, maka pilihannya adalah membuat kreasi wisata yang berbeda dengan Bali yang "pemain wisatanya" dan obyek wisatanya adalah dari NTB untuk NTB... Barulah akan berarti obyek wisata tersebut untuk REAL masyarakat... (Local resources by local community for local community welfare ).


Namun, di tengah maraknya Visi Misi mengembangkan agribisnis dan pariwisata tersebut, bagaimana kesiapan NTB untuk menggapai visi misi tersebut? Tentunya berbagai persiapan harus dilakukan, mulai dari Infrastruktur Dasar dan penyiapan isntrumen pelaksanaannya termasuk payung hukumnya (diantaranya Perda RTRW, kelayakan investasi) dan lain sebagainya. Memang saat ini, sudah berjalan beberapa terobosan strategi sebagai upaya menggapai visi misi tersebut diantaranya pembangunan BIL di Lombok Tengah, pembangunan PLTU JEranjang, pembangunan kawasan EMAAR di Kute, pengembangan obyek wisata di seluruh NTB, dan program terkait lainnya. Namun, salah satu faktor yang kadang kita lupakan adalah penyiapan infrasttuktur sosial yang dikaitkan dengan aspek ekonomi lokal. Maksud penulis menyoroti ini adalah bagaimana agar aktivitas pariwisata memberi dampak positif terhadap perkonomian masyarakat bawah dan terhadap perilaku (attitude), dan ketahanan social culture masyarakat. Hal tersebut penting, sebab pada intinya kegiatan pariwisata adalah aktivitas mendatangkan orang (tourist) sebanyak-banyaknya ke daerah NTB untuk rekreasi dan wisata. Mereka datang dari berbagai negara dengan paham beragam, budaya bermacam-mcam, jenis fisik yang beraneka ragam juga yang jika tidak siap akan mempengaruhi budaya dan perilaku masyarakat lokal. Artinya kita bisa menyimpulkan Kita Yang Terpengaruh Budaya Luar atau Orang Luar Yang Terpengaruh Budaya Kita, tinggal kita pilih dan pilah dan untuk mencapainya perlu Persiapan... Budaya Luhur dan Reiligus yang sudah mengakar sejak Ratusan tahun lalu harus tetap kita pertahankan dan bisa menjadi ciri khas dan keunikan pariwisata kita.


Dalam aspek ekonomi, untuk tercapainya spread effect yang lebih besar bagi real masyarakat, maka masyarakat juga harus dipersiapkan agar dapat berperan aktif dalam pembangunan wisata, tidak hanya jadi penonton atau hanya pekerja bawahan dalam permainan bisnis wisata. Karena itu, peningkatan SDM dan directing investment bagi kaum bermodal asli NTB harus ikut terlibat untuk membangun ekonomi lokal yang dampaknya langsung dirasakan ole mayarakat NTB.


KAWASAN UDAYANA PERLU DIBENAHI



Di suatu sore, penulis berolahraga jogging santai di Kawasan Jalan Udayana yang terdapat di jantung Kota Mataram. Tidak lama berselang, tiba-tiba Brakk... terdengar suara mengejutkan datang dari tengah jalan persis di pinggir gason jalan pembatas jalur jalan utama Udayana. Serentak spontan masyarakat berkerumun melihat kejadian itu, ternyata sebuah kecelakaan motor . Seorang pengendara motor jatuh terserempet sebuah Mobil di sisi kanan jalan yang menyebabkan pengedanar tersebut terluka cukup parah.
Cerita tersebut bukanlah sebuah novel fiksi hayalan di siang bolong. Hal tersebut adalah fakta yang membuat penulis terdorong untuk sedikit merenung, apa dan kenapa hal tersebut kerap terjadi dan mungkin banyak yang akan bertanya lalu apa kaitannya kecelakaan tersebut dengan pentaan dan pengelolaan kawasan Udayana. Kejadian tragis kecelakaan tersebut ternyata memberikan inspirasi bagi penulis untuk sekedar mengungkap “sesuatu” di balik tragedi tersebut.
Sebelum menganalisa keterkaitan tragedi kecelakaan tersebut, perlu disimak karakteristik dasar kawasan Udayana. Sejak dibuat oleh Pemerintah Kota Mataram, Kawasan Udayana memang menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat urban di Kota Mataram untuk rekreasi, olahraga serta kegiatan sosial ekonomi lainnya. Hal tersebut menyebabkan kuantitas dan intensitas kunjungan masyarakat semakin tinggi. Sangat tingginya intensitas kunjungan ke kawasan Udayana untuk kepentingan sosial ekonomi membuat padatnya orang dan kendaraan di sekitar kawasan tersebut. Terkadang parkir kendaraan baik motor dan mobil sangat banyak dan tidak beraturan. Hal tersebut disamping membuat macet, juga membuat pemandangan menjadi tidak indah... Padahal dari sisi lokasi, kawasan Udayana memiliki lokasi strategis sebagai gerbang Kota Mataram, dikarenakan kawasan Udayana menjadi jalur utama dan pertama dari Bandara Selaparang ke Kota Mataram.
Jika dikaitkan dengan tragedi kecelakaan seperti telah disebutkan, bahwa kecelakaan terjadi akibat kesemrawutan parkir yang ditimbulkan oleh kuatnya daya tarik “supply” kawasan. Parkir motor dan mobil sembarangan membuat fungsi jalan Udayana menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Areal Damaja (Daerah Manfaat Jalan) dan Damija (Daerah Milik Jalan) menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga pelayanan jalan sebagai prasarana pendukung akses transportasi utama di Kota Mataram menjadi terganggu. Akibat berkurangnya space manfaat jalan untuk parkir, maka jalur yang tersedia untuk lalulintas kendaraan menjadi semakin sempit (berkurang). Akibat hal tersebut, maka di kawasan Udayana sering terjadi kecelakaan lalu lintas.
Maka, sebuah keciscayaan atau bisa juga dikatakan sebagai keharusan untuk mencegah semakin semrawutnya pengelolaan kawasan Udayana. Pengaturan kawasan melalui penataan ruang yang baik, pengelolaan aktivitas yang teratur, akan mendatangkan view yang menarik dan income yang akan memperbesar pendapatan bagi masyarakat dan pemkot Mataram.